Welcome

Welcome to the Namiroh Murinda Sari's Blog
Gaya semau gw....!!!!

Sabtu, 02 April 2011

तुगास Tutor

Nama : Namiroh Murinda Sari
NIM : 05 09 286
Proodi : PSIK / IV.B

RR dan HR

I.Pengertian Denyut Nadi
Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.
Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang dewasa memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik
Denyut nadi adalah cermin respon jantung terhadap kebutuhan oksigen tubuh. Dalam keadaan basal (pada orang normal /sehat ,kalau dapat dalam keadaan tidur diruang yang sejuk) maka kecepatan denyut nadi itulah yang dapat kita ambil sebagai patokan yang terpercaya mengenai respon tubuh terhadap kebutuhan oksigen.

http://www.pjnhk.go.id/content/view/703/31/

Denyut nadi pada orang yang sedang beristirahat adalah
1. 60 – 80 kali permenit untuk orang dewasa,
2. 80 – 100 kali permenit untuk anak-anak,
3. 100 – 140 kali permenit pada bayi.
http://nursingbegin.com/denyut-nadi-normal-manusia/
Pernafasan
Sistem organ pernafasan ini melakukan tugas di tubuh menyediakan materi oksigen untuk kegiatan respirasi sel seluruh tubuh . dan membuang ekskret CO2 berupa racun dari sel seluruh tubuh ke luar sel hasil sisa oksidasi .
http://ruangilmu.com/index.php?action=artikel&cat=84&id=72&artlang=id
II.Penyebab
Pada kasus Nn.Gadis (26 tahun) , setelah dilakukannya pemeriksaan didapatkan kecepatan denyut nadi (HR) pada pasien adalah 100/menit. Bisa dikatagorikan pasien tersebut mengalami denyut nadi yang cepat (takikardi).
Penyebabnya adalah Pompa jantung berhubungan dengan fungsi paru, kondisi fisik dan psikologi seseorang, yang dimuarai (diatur) oleh sistem simpatis tubuh dan diatur juga oleh hormonal ( tiroid). Jika pasien mengalami pencemas, infeksi atau anemi maupun menderita gangguan keluhan tiroid maka sistem simpatis pasien tersebut akan meningkat sehingga denyut jantung pun naik. Selanjutnya kalau denyut jantung saat anda istirahat terus saja cepat sepanjang hari tentu kemampuan aktifitas akan menurun. Pasien akan lebih cepat letih dan lebih cepat sesak nafas dibanding mereka yang denyut istirahatnya normal .

http://www.pjnhk.go.id/content/view/703/31/
Selain itu setelah dilakukannya pemeriksaan didapatkan pula kecepatan bernafas (RR) pasien adalah 24x/menit.
Penyebabnya SDA , Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Dalam melakukan tugasnya sistem respirasi ini bekerja sama dengan sistem organ lain yaitu sistem transportasi .
http://ruangilmu.com/index.php?action=artikel&cat=84&id=72&artlang=id
Yang seperti kita ketahui pasien mengalami Hipertiroid yaitu Kelebihan sekresi hipotalamus/ adenohipofisis: yang mengakibatkan ↑T3 dan T4, ↑TRH dan atau ↑TSH (terdapat struma).
Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
Hormon tiroid meningkatkan transkripsi sejumlah besar gen, meningkatkan aktivitas metabolik selular, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir (Guyton dan Hall, 2007). Hormon tiroid mempunyai efek-efek terhadap tubuh yaitu:
• Efek kalorigenik (peningkatan termogenesis), meningkatkan pemakaian oksigen oleh sel sehingga BMR meningkat 60-100%.
• Efek simpatomimetik, hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin.
• Efek pada kardiovaskuler, meningkatkan kecepatan denyut dan kontraksi jantung sehingga curah jantung meningkat dan vasodilatasi.
• Efek terhadap sistem saraf, meningkatkan kecepatan serebrasi, sehingga saraf lebih peka terhadap rangsang. (Sherwood, 2001)

http://www.amsa-uns.co.cc/2011/01/blok-endokrinologi-skenario-2.html
III.Diagnosa yang dapat diangkat pada pasien yang mengalami takikardi dan tacipnea (kecepatan dalam bernafas) pada gangguan system endokrin
a.Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
Tujuan :
mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, stauts mental baik, tidak ada disritmia.
Intervensi :
1. Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
2. Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
3. Periksa/teliti kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
4. Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
5. Auskultasi suara antung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
6. Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau irama jnatung dan adanya disritmia.
7. Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal.
8. Pantau suhu, berikan lingkungan yang sejuk, batasi penggunaan linen/pakaian, kompres dengan air hangat.
9. Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, pengisisan kapiler lambat, penurunan produksi urine dan hipotensi.
10. Catat masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
b.Pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan penekanan kelenjar tiroid terhadap trachea

Tujuan : Jalan nafas klien kembali efektif
Kriteria hasil :
a) Frek. Nafas : 16-20x/menit dan pola teratur
b) Akral hangat, kulit tidak pucat/sianosis
c) Keadaan klien tenang
1. Intervensi :
a) Batasi aktivitas yang melelahkan
b) Posisi semi fowler dengan kepala ekstensi jika diperlukan
c) Bantu aktivitas d itempat tidur
2. Kolaborasi : pemberian obat steroid dan tindakan operatif
http://nanny-ns08.blogspot.com/

tumor korteks suprarenal, atau tumor basofil dari hipofisis

Defisiensi produksi kortikostaroid
Kelainan yang paling penting yang menyebabkan defisiensi pembentukan kortikostaroid adalah penyakit Addison’s di mana korteks suprarenal mengalami kerusakan oleh penyakit autoimun , sekunder terhadap karsinoma atau pada kasus yang jarang terjadi, pada tuberculosis.
Banyak natrium yang hilang bersama urine, menyebabkan rendahnya tekanan darah. Distribusi eletrolit diantara sel-sel dan intraseluler mengalami gangguan . Dan mengakibatkan kelemahan otot , anemia, muntah, diare dan depresi mental. Karakter tanda fisik adalah pigmentasi mucus atau kulit. Gula darah secara abnormal rendah dan terjadi ketidakmampuan untuk mentoleransi bahkan pada stress yang ringan sekalipun.
Semua gejala-gejala ini dapat diatasi dengan pemberian kortisol dan aldosteron (atau steroid sintetik).

Produksi steroid yang berlebihan
Sindrom caushing adalah karena pembentukan berlebihan kartisol (Glukokortikoid) dalam jangka waktu panjang.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh tumor korteks suprarenal, atau tumor basofil dari hipofisis yang menghasilkan ACTH dalam jumlah yang berlebihan. Takar lajak steroid sintetis dalam pengobatan penyakit tertentu dapat menyebabkan kondisi serupa.
Pasien menjadi “moon face” dan batang tubuh berlemak, dengan tungkai yang kurus, karena abnormalitas penumpukan lemak. Pemecahan protein abnormal menyebabkan hilangnya massa otot, penipisan dermis kulit dengan tanda regangan, dan kehilangan kolagen mengarah pada fraktur spontan. Gula darah tinggi, dan gula disekresi ke dalam urine (diabetes mellitus)
Terjadi retensi natrium yang menyebabkan tingginya tekanan darah , dan pembentukan berlebihan sel-sel darah merah membuat wajah menjadi merah dan pletorik.

Anatomi Fisiologi hormone medulla suprarenal
Situasi yang menyebabkan stress (seperti olahraga, demam, cedera atau sulit bernafas atau situasi yang menyebabkan ketakutan, ansietis, nyeri, penurunan tekan darah atau penurunan glukosa darah), menyebabkan membanjirnya impuls saraf ke hipotalamus.
Impuls saraf menjalar ke medulla suprarenal melalui saraf simpatis yang berasal dari saraf spinal torakal. Medulla suprarenal adalah satu-satunya kelenjar endokrin yang mempunyai banyak persyarafan.
Stimulasi pada medulla suprarenal menyebabkan dilepaskannya hormone adrenalin dan nonadrenalin ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini dan produk hasil pemecahannya dikenala sebagai katekolamin. Hormon ini bekerja pada jaringan seluruh tubuh. Efek hormone tersebut secara keseluruhan adalah menyiapkan tubuh terhadap aktivitas dan pengarahan tenaga dalam berespons terhadap ancaman dengan menghambat darah ke otot-otot anggota gerak, meningkatkan kerja jantung, mendilatasi percabangan bronkus, mengarahkan glikokgen hepar untuk meningkatkan glukosa darah, dan menurunkan sebagian besar aktivitas lainnya, misalnya saja, aktivtas pada usus halus.
Reseptor untuk katekolamin terdapat pada area dinding sel jaringan target, yang mengambil hormone-hormon tersebut dan mentransmisikan efek-efeknya pada sel.
Tedapat dua jenis reseptor untuk katekolamin, reseptor –α dan reseptor –β. Secara umum reseptor –α menjadi media respons-respons eksitatorius (mis, kontraksi otot polos usus, vasokontriksi) semenstara reseptor –β menjadi media respons0respons penghambat (mis. Dilatasi otot bronkus). Ini merupakan satu pengecualian utama. Reseptor –β dari jantung berfungsi menstimulasi jantung.
Adrenal dan noradrenal mempunyai afinitas berbeda untuk kedua reseptor dan oleh karenanya memberikan efek yang berbeda pula. Dengan demikian noradrenalin terutama menyebabkan kontriksi pembuluh darah sementara adrenalin menghasilkan reaksi yang kompleks.
Reseptor secara selektif dapat dibangkitkan atau dihambat oleh obat-obatan yang berbeda-beda yaitu obat-obat penyekat –α dan –β.
http://books.google.co.id/books?id=IqbomPcxnjAC&pg=PA18&lpg=PA18&dq=gangguan+sistem+endokrin+tumor+basofil&source=bl&ots=0AKzETYxmE&sig=gr8Xj1ySR_fZdEXti4_rM7TuNwE&hl=id&ei=tdSVTY6iJ43KrAeCqf3kCw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBQQ6AEwAA#v=onepage&q&f=false

ASKEP SINDROM CUSHING
A. Konsep Dasar Sindrom Cushing
a. Pengertian
Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolic gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. (Price, 2005)

b. etiologi

a. Iatrogenik
Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik. Dijumpai pada penderita artitis rheumatoid, asma, limpoma dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid sintetik sebagai agen antiinflamasi.

b. Spontan
Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal. Adenoma pituitary (70%kasus), tumor adrenokortikal (20% kasus) dan tumor ekstrapituitari (10% kasus) seperti karsinoma sel kecil-kecil paru.

c. Manifestasi Klinik
a. Wajah yang khas (moon face)
b. Penipisan rambut kepala disertai jerawat dan hirsutisme (pertumbuhan rambut berlebihan pada wajah dan tubuh seperti layaknya pria)
c. Obesitas batang tubuh dengan fosa supraklavikula yang terisi penuh, punuk kerbau (buffalo hump)
d. Striae pada kulit
e. Kelemahan dan atropi otot
f. Osteoporosis
g. Kulit yang rapuh dan penyembuhan luka yang lama
h. Ulkus peptikum
i. Hipertensi
j. Kelabilan emosi
d. Patofisiologi

Iatrogenik
(Tumor adrekortikal, hyperplasia adrenal, dan tumor ekstra pituitari)
Spontan
(Pemakaian obat glukokortikoid
dalam jangka panjang)
ACTH meningkat
Sekresi kortisol berlebihan

Moon face, buffalo hump
Distribusi jar.
adiposa
Edema
Retensi Natrium dan air
Perubahan mental/emosi labil
Gangguan citra tubuh
Perubahan proses pikir
Defisit perawatan diri
Metabolisme protein
Resiko cedera
Kerusakan integritas kulit
Cairan & Elektrolit
Protein jaringan hilang
Fungsi otak
Kapiler
Tulang
Matriks tulang hilang
Striae
Atropi & lemah
Jar. Penyokong perivaskuler melemah
HCl & pepsin meningkat
Ulkus
Sekresi lambung
Nyeri
Sintesis protein menurun
Resiko perdarahan
Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Mual, muntah
Potensial komplikasi: Hiperglikemi
Merangsang glukogenesis
Metabolisme Karbohidrat
Kelebihan volume cairan


Otot
Kulit

Ruptur serabut elastis kulit

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengumpalan riwayat dan pemeriksaan kesehatan difokuskan pada efek tubuh dari hormone korteks adrenal yang konsentrasinya tinggi dan pada kemampuan korteks adrenal untuk berespons terhadap perubahan kadar kortisol dan aldosteron. Riwayat kesehatan mencakup informasi tentang tingkat aktivitas klien dan kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin dan perawatan diri. Detailnya pengkajian keperawatan untuk klien dengan sindrom cushing mencakup:
a. Kaji kulit klien terhadap trauma, infeksi, lecet-lecet, memar dan edema.
b. Amati adanya perubahan fisik dan dapatkan respon klien tentang perubahan dini.
c. Lakukan pengkajian fungsi mental klien, termasuk suasana hati, respon terhadap pertanyaan, kewaspadaan terhadap lingkungan, dan tingkat depresi. Keluarga klien merupakan sumber terbaik untuk mendapatkan informasi tentang perubahan ini.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan umum yang dapat dijumpai pada klien dengan sindrom Cushing adalah sebagai berikut :
a. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan, keletihan, pengurusan masa otot.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik,.
e. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan suasana hati, mudah tersinggung dan depresi.
f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
g. Resiko perdarahan berhubungan dengan melemahnya jaringan penyokong perivaskuler
h. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada mukosa lambung
i. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intak in adekuat
j. Potensial komplikasi: Hiperglikemia
3. Rencana Keperawatan
a. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein.
Kriteria hasil:
1) Klien bebas dari cedera jaringan lunak atau fraktur
2) Klien bebas dari area ekimotik
3) Klien tidak mengalami kenaikan suhu tubuh, kemerahan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi dan inflamasi lainnya
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji tanda-tanda ringan infeksi
Rasional : Efek antiinflamasi kortikosteroid dapat mengaburkan tanda-tanda umum inflamasi dan infeksi.
2) Ciptakan lingkungan yang protektif
Rasional : Mencegah jatuh, fraktur dan cedera lainnya pada tulang dan jaringan lunak.
3) Bantu klien ambulasi
Rasional : Mencegah terjatuh atau terbentur pada sudut furniture yang tajam.
4) Berikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D
Rasional : Meminimalkan penipisan massa otot dan osteoporosis.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Kriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit, menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan/cedera kulit.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular.
Rasional : menandakan area sirkulasi buruk/kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan infeksi.
2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi/hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
3) Inspeksi area tergantung edema.
Rasional : jaringan edema lebih cenderung rusak/robek.
4) Berikan perawatan kulit. Berikan salep atau krim.
Rasional : lotion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
5) Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar.
Rasional : mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
6) Kolaborasi dalam pemberian matras busa.
Rasional : menurunkan tekanan lama pada jaringan.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif tentang perubahan penampilan, fungsi seksualitas, dan tingkat aktivitas. Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan.
Rasional : mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
2) Diskusikan arti perubahan pada pasien.
Rasional : beberapa pasien memandang situasi sebagai tantangan, beberapa sulit menerima perubahan hidup/penampilan peran dan kehilangan kemampuan control tubuh sendiri.
3) Anjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat.
Rasional : menyampaikan harapan bahwa pasien mampu untuk mangatur situasi dan membantu untuk mempertahankan perasaan harga diri dan tujuan hidup.
4) Rujuk ke perawatan kesehatan. Contoh: kelompok pendukung.
Rasional : memberikan bantuan tambahan untuk manajemen jangka panjang dari perubahan pola hidup.
e. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan suasana hati, mudah tersinggung dan depresi.
Keriteria hasil:
Klien mampu mempertahankan tingkat orientasi realita sehari-hari, mengenali perubahan pada pemikiran dan tingkah laku
Rencana tindakan keperawatan:
1) Evaluasi tingkat stress individu dan hadapi dengan tepat
Rasional : tingkat stress mungkin dapat meningkat dnegan pesat karena perubahan yang baru, sedang atau telah terjadi.
2) Panggil pasien dengan namanya.
Rasional : Untuk menolong mempertahankan orientasi.
3) Catat perubahan siklik dalam mental/tingkah laku. Ikutsertakan dalam latihan rutin dan program aktivitas.
Rasional : penelitian menunjukkan bahwa penarikan diri dan pasien yang tidak aktif memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami kebingungan
4) Dukung keikutsertaan pasien dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : pilihan merupakan komponen yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
Keriteria hasil :
Menunjukkan volume cairan stabil, dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada edema.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional : menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/ perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lenjut.
2) Awasi tekanan darah.
Rasional : Peningkatan tekanan darah biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler.
3) Kaji derajat perifer/edema dependen
Rasional : Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin dan penurunan ADH.
4) Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)
Rasional : penurunan albumin serum memperngaruhi tekanan osmotic koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
5) Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi.
Rasional : Natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler.
g. Resiko perdarahan berhubungan dengan melemahnya jaringan penyokong perivaskuler
Keriteria hasil:
Trombosit dalam batas normal
Intervensi
1) Kaji adanya perdarahan
Rasional : mempermudah menentukan intervensi selanjutnya.
2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)
Rasional :
3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.
Rasional : mencegah terjadi perdarahan
4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien
Rasional : Mengurangi resiko cedera sehingga memperkecil adanya perdarahan
5) Monitor hasil darah, Trombosit
Rasional : penurunan jumlah trombosit menandakan adanya perdarahan
h. Nyeri berhubungan dengan terjadinya perlukaan pada mukosa lambung.
Keriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang, menunjukkan postur tubuh rileks dan mampu tidur dengan tepat
Rencana tindakan keperawatan:
1) Catat keluhan nyeri, lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien.
2) Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri
Rasional : membantudalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
3) Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
Rasional : makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster. Makanan sedikit mencegah distensi dan haluaran gaster.
4) Berikan obat sesuai indikasi. Mis, antasida.
Rasional : menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia
i. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intak in adekuat
Keriteria hasil :
Mempertahankan berat badan stabil, bebas dari tanda malnutrisi.
Rencana tindakan keperawatan:
1) Kaji riwayat nutrisi
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2) Catat berat badan
Rasional : Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi/keefektifan terapi.
3) Diskusikan makanan yang disukai oleh pasien dan masukan dalam diet murni
Rasional : dapat maningkatkan masukan, meningkatkan rasa partisipasi
4) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Rasional : makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5) Rujuk ke ahli gizi.
Rasional : Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi
j. Potensial komplikasi: Hiperglikemia
Keriteria hasil:
Tidak terjadi hiperglikemi
Rencana tindakan keperawatan
1) Observasi tanda-tanda hipeglikemi
Rasional : membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya
2) Berikan suntik insulin menurut sleding scale
Rasional : mengupayakan agar gula darah dalam keadaan normal
3) Awasi pemeriksaan laboratorium terutama GDS
Rasional : Gula darah yang tinggi merupakan indicator terjadi hiperglikemi


DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, edisi 3. Jakarta: EGC.
Price, S. A., 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC.
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.
Diposkan oleh Phatoelizme di 21:13